Tampilkan postingan dengan label Ibadah Raya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ibadah Raya. Tampilkan semua postingan

Kamis, 15 Januari 2009

Khotbah Gembala GBI JPS 22


Kotbah Gembala GBI JPS 22

IBADAH YANG BERKENAN KEPADA ALLAH

(Ibrani 12: 28)


Oleh: Pdt. SYAIFUL HAMZAH, S.Th


Setiap gereja memiliki berbagai macam metode atau cara dalam beribadah kepada Tuhan, sehingga hal ini membingungkan kita, apakah cara atau metode ibadah digereja kita itu merupakan suatu kebenaran yang sahih ataukah tidak?.

Jika kita perhatikan dari nats diatas dikatakan bahwa kita wajib beribadah kepada Tuhan dengan cara yang berkenan kepada Allah, yang menjadi pertanyaan kita bagaimanakah ibadah yang berkenan yang dimaksud dalam ayat.

1. Ibadah yang berkenan kepada Allah yaitu:

1.1 Ibadah di dalam iman kepada Yesus.

Orang ibrani adalah pakar dalam liturgi ibadah Turat musa tetapi iman mereka bukan kepada Yesus, karena itu setiap kita beribadah maka jangan ada yang lain dalam iman kita kecuali kepada Tuhan Yesus Kristus

1.2 Ibadah dalam kesucian

Kesucuian bukan didapat dari perbuatan tetapi didapat dalam Yesus.

1.3 Ibadah dalam nikamatnya hadirat Tuhan

* Merasakan kehadirannya dalam setiap ibadah

* Merasakan jamahan Tuhan dalam setiap ibadah

* Merasakan pemulihan hidup dari Tuhan

2. Ibadah yang tidak berkenan kepada Allah yaitu:

2.1 Ibadah untuk mencari keuntungan

Banyak orang datang kegereja hanya untuk mencari sesuatu yang mungkin menguntungkan dirinya jika tidak ada keuntungan iapun tidak mau datang kegereja.

2.2 Ibadah untuk kesombongan

όυποκραις adalah kemunafikan, Tuhan tidak ingin kita beribadah supaya kita dipandang baik oleh orang dan itu adalh suatu kesombongan rohani.

2.3 Ibadah tanpa membawa perubahan kerohanian

3. Ibadah cara beribadah yang berkenan kepada Allah yaitu:

3.1 Kerinduan hati untuk mencari wajah Nya

3.2 Kerinduan hati untuk memuliakan nama Nya

3.3 Kerinduan hati agar Allah merubah kehidupan kita.

Ketiga hal tersebut diatas merupakan langkah yang perlu kita miliki dalam beribadah kepada Nya, sehingg ibadah kita merupakan ibadah yang berkenan kepada Nya. Amin.

Sajian Kotbah Gembala


SAJIAN RENUNGAN DARI GEMBALA GBI JPS 22
Pdt.SYAIFUL HAMZAH, S.Th

BERIBADAH DALAM ROH & KEBENARAN

YOHANES 4:16


Setiap gereja memiliki doktrinnya masing-masing dalam memandang hal beribadah, sehingga mereka mengatakan bahwa ”ibadah akulah yang paling benar”. Ada yang mengatakan bahwa ibadah itu harus disertai dengan bahasa Roh sehingga mereka mulai mendiskriminasikan bahwa ibadah yang tidak disertai bahasa Roh adalah bukan ibadah dalam Roh dan kebenaran.
Dalam Perjanjian Lama Ibadah dikatakan sebagai
אָפֺדָ (Avoda) yang artinya meniarap, sujud dan akhirnya kata ini lebih ditekankankan pada prilaku hidup yang intinya untuk mempermuliakan Tuhan.

Dari kisah percakapan Yesus dengan perempuan Samaria ini kita akan mengetahui apa yang dimaksud dengan beribadah dalam Roh dan kebenaran itu:

1. Beribadah dengan iman kepada Nya (Yoh 4:26)

Kita harus menyembah Tuhan Yesus dan bukan tuhan yang lain.

2. Beribadah dengan prilaku hidup yang berubah (Yoh 4:26)

Setiap orang yang beribadah harus membawa perubahan dalam kehidupannya terutama perihal dosa yang perlu ditinggalkan.

3. Beribadah dengan memberikan yang terbaik bagi Tuhan

(Yoh 4:39-40)

Sebagai orang yang mengakui Kristus Tuhan dan telah memiliki perubahan dalam hidupnya maka ia juga perlu mempersembahkan kehidupannya dengan memberikan apa yang terbaik yang dimilikinya baik itu talenta, harta dll.


Ketiga hal tersebut diatas merupakan ibadah dalam Roh dan kebenaran yang dimaksud Tuhan Yesus, lalu bagaimana cara kita beribadah dalam Roh dan kebenaran ini, dalam hal ini maka kita membaginya dalam dua bagian.

1. Beribadah dalam roh (πνήυμα/ Pneuma)

Beribadah dalam roh artinya beribadah dengan tubuh kita, yaitu:

Pikiran kita serahkan kepada Kristus

Perasaan kita tujukan Kristus

Body/ tubuh kita pergunakan untuk kemuliaan Kristus.

2. Beribadah dalam kebenaran (δικαησυνη/ Dikaesune)

Dalam hal beribadah kita juga harus memperhatikan norma dan etika yang ada dalam ibadah, sehingga ibadah kita tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain. AMIN.